Menjalankan bisnis bukanlah hal yang mudah. Anda terkadang akan menemui berbagai masalah saat mengelola bisnis kerajinan tangan, salah satunya adalah dead stock.
Dead stock adalah istilah yang sering digunakan untuk persediaan barang di gudang dan tidak dapat digunakan lagi karena kondisi cacat, rusak, kadaluarsa, atau hutang. Tentu hal ini akan memberikan kerugian yang besar bagi bisnis tersebut.
Untuk itu, sebagai seorang pebisnis, sangat penting bagi Anda untuk mengontrol persediaan dan menghindari penempatan barang yang berlebihan ke dalam gudang.
Jika Anda memiliki bisnis dan takut kehabisan stok karena disimpan terlalu lama, Anda harus mengetahui tips di bawah ini.

Apa Itu Dead Stock?
Pada semua bisnis termasuk pada kerajinan tangan, dead stock adalah persediaan di gudang yang sudah terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan barang di gudang tersebut tidak laku lagi. Istilah ini mencakup barang kadaluarsa, sisa musiman, produk rusak, dan produk salah kirim.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pergerakan barang di gudang ada yang slow moving dan fast moving. Produk fast moving adalah barang yang cepat keluar dari gudang dan juga dijual. Di sisi lain, produk slow moving adalah barang yang tidak laku atau memiliki pergerakan produk yang lambat untuk keluar dari gudang.
Contoh sederhana dari produk fast moving adalah berbagai barang yang memiliki tingkat permintaan yang tinggi, seperti sabun, makanan instan, beras dan masih banyak lagi. Sedangkan contoh barang slow moving adalah berbagai barang yang tingkat kebutuhan pergerakannya rendah, seperti kendaraan bermotor.
Sebagai pebisnis, sangat penting bagi Anda untuk menganalisa barang slow moving dan fast moving agar Anda bisa meminimalisir resiko dead stock dengan baik.
Dampak Dari Dead Stock Pada Usaha Kerajinan Tangan
Dead stock tentu bisa berdampak besar pada bisnis Anda. Nah, beberapa dampak negatif dari dead stock adalah sebagai berikut:
1. Kerugian Uang
Dampak terbesar dari dead stock adalah Anda akan kehilangan uang. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa barang merupakan investasi yang di lakukan oleh perusahaan dan investasi tersebut hanya akan dapat mendatangkan keuntungan apabila ternyata berhasil menjual semua produknya.
Jika Anda mengalami dead stock, maka peluang untuk mendapatkan keuntungan dari investasi tersebut akan hilang
2. Meningkatkan Biaya Holding
Seringkali biaya penyimpanan di kenal sebagai biaya penyimpanan persediaan yang pada dasarnya adalah biaya yang di perlukan untuk menyimpan barang. Biaya ini umumnya mencakup biaya tenaga kerja, ruang penyimpanan, dan biaya asuransi. Semakin banyak barang yang mengalami kondisi dead stock, maka tentunya biaya penyimpanan perusahaan akan mengalami peningkatan yang besar.
3. Kehilangan Kesempatan
Semakin banyak waktu yang terbuang untuk mengurus produk dead stock, maka Anda juga akan kehabisan waktu dan tenaga yang seharusnya bisa mengurus berbagai item yang menguntungkan.
4. Ruang Inventory Lebih Sedikit
Dead Stock akan dapat mengambil ruang di gudang yang seharusnya bisa Anda gunakan untuk produk yang terjual lebih cepat.
Cara Mengatasi Dead Stock pada usaha kerajinan tangan
Dead stock merupakan masalah yang cukup umum dalam sebuah perusahaan dan hampir semua bisnis pasti pernah mengalaminya. Namun, kini Anda bisa mengatasi atau menekan potensi kerugian tersebut dengan melakukan strategi jangka pendek dan strategi jangka panjang, berikut ulasannya.
1. Strategi Jangka Pendek
a. Memberikan Diskon Kepada Pelanggan
Untuk dapat menyingkirkan produk yang mati stok, strategi pertama yang dapat Anda lakukan adalah memberikan diskon atau diskon besar-besaran kepada pelanggan dengan harapan dapat meningkatkan minat terhadap produk Anda.
Di sisi lain, meskipun barang atau produk tidak menguntungkan, Anda dapat memulihkan berbagai biaya produksi dan menambah ruang penyimpanan di gudang.
b. Membuat Strategi Bundling dengan Produk Lainnya
Anda bisa membuat strategi dengan menggabungkan produk dead stock dengan produk sejenis lainnya. Harapannya adalah untuk mendapatkan permintaan yang lebih tinggi di pasar. Dengan berfokus pada permintaan yang lebih tinggi, dapat menghilangkan stok mati Anda di gudang.
C. Jual di Market Place
Pilihan lain yang harus Anda pertimbangkan adalah menjual produk dead stock secara online melalui marketplace ternama. Cobalah untuk membuat beberapa kampanye produk yang menarik agar pelanggan Anda tertarik dan mau membeli produk tersebut.
d. Kembalikan Produk Ke Supplier
Sebagai seorang pebisnis, Anda bisa bernegosiasi dengan supplier agar bisa mengembalikan produk yang memiliki kondisi dead stock. Hal ini kembali lagi pada syarat dan ketentuan dari kebijakan pengembalian saat perjanjian jual beli di buat.
e. Donasi Atau Amal
Alih-alih hanya membuang produk mati Anda, Anda dapat menyumbangkan produk ini untuk amal atau untuk kegiatan amal. Produk Anda nantinya akan di perlakukan lebih baik daripada hanya di buang dan berakhir di tempat sampah.
2. Strategi Jangka Panjang
a. Melaksanakan Stock Opname Secara Rutin
Sebagai seorang pebisnis, Anda harus memberikan kewajiban kepada setiap tim gudang untuk melakukan kegiatan stock opname setiap bulannya. Hal ini harus di lakukan agar Anda bisa mendapatkan inventaris barang yang sebenarnya dan dapat di gunakan sebagai dasar PPIC dan pembelian dalam merencanakan produksi dan pembelian bahan produk.
b. Menghabiskan stock lama
Anda dapat meminta agar proses perubahan spesifikasi produk di lakukan dengan terlebih dahulu menghabiskan persediaan lama pada tim marketing dan tim engineering. Jika tidak bisa, Anda bisa meminta tim engineering untuk memindahkan material produk lama yang masih ada di gudang ke jenis produk lain.
c. Memperbarui Layout Gudang
Cara mengatasi dead stock selanjutnya adalah dengan memperbarui layout gudang. Kegiatan repositioning material di gudang ini dapat di lakukan dengan mengelompokkan produk dengan material yang ada.
d. Memberikan Forecast Pembelian
Dalam menjalankan bisnis, Anda harus pandai-pandai menegosiasikan penjualan. Saat ini peraturan mengenai minimum order jarang di terapkan oleh pemasok. Tetapi jika salah satu dari mereka masih menerapkannya, Anda dapat bernegosiasi dengan mereka.
Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan memberikan ramalan untuk beberapa bulan ke depan sesuai dengan kebutuhan data yang akan Anda dapatkan dari kegiatan pemasaran. Pencarian ini terbukti efektif dan cukup sering di lakukan oleh beberapa perusahaan.
Salah satu alasan yang harus Anda ketahui tentang penerapan minimum order dari pemasok kepada Anda adalah biaya yang harus mereka keluarkan akan di tanggung jika mereka memproduksi barang Anda sesuai dengan jumlah minimum barang yang di beli.
Dengan membeli perkiraan untuk beberapa bulan ke depan, mereka akan dapat melakukan proses produksi dalam sekali jalan. Sisa produksi yang belum Anda minta nanti bisa di simpan di gudang terlebih dahulu.